Praktiai Hukum Ungkap Startup Banyak PHK Karyawan: Tidak Fokus dan Kehabisan Dana

- Sabtu, 28 Mei 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi fenomena PHK ratusan karyawan startup. (PIXABAY/geralt)
Ilustrasi fenomena PHK ratusan karyawan startup. (PIXABAY/geralt)

TIPOLOGI.COM - Saat ini muncul fenomena startup ternama memutuskan PHK ratusan karyawan. Hingga praktisi hukum ungkap penyebabnya.

Beberapa startup yang dikabarkan PHK banyak karyawan yaitu PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) dan Zenius Education.

Sebelum dua startup tersebut dikabarkan PHK, ternyata ada beberapa perusahaan lainnya seperti Fabelio, TaniHub, san UangTeman.

Baca Juga: Hati-Hati, Motif Pelecehan Seksual Baru pada Anak

Artikel ini pernah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul "Muncul Fenomena Perusahaan Startup PHK Ratusan Karyawan, Praktisi Hukum Ungkap Penyebabnya" pada 27 Mei 2022.

Bahkan sebelumnya beberapa startup Tanah Air dinyatakan gulung tikar antara lain Airy Rooms, Stoqo, Qlapa, dan Sorabel.

Menurut analis dan praktisi hukum restrukturisasi utang dari Kantor Frans & Setiawan, Hendra Setiawan Boen mengungkap penyebab tren PHK karyawan oleh startup ditengarai karena perusahaan tidak fokus dalam bisnis, kehabisan dana, dan tidak memiliki strategi jitu untuk berkembang di pasar.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN PT Pertamina International Shipping untuk Fresh Graduate

Dibalik itu semua, kata dia, masalah utama startup adalah dana operasional perusahaan yang sepenuhnya bergantung dari pihak luar seperti investor, fundraising, private placement, hingga pinjaman.

Ia berujar memang dana dari investor sangat berguna untuk mengembangkan bisnis, namun seharusnya perusahaan tidak terus-menerus mengandalkan pihak luar.

Startup ini harus bisa menghitung kapan perusahaan bisa mandiri, break-even point, mengembalikan dana pinjaman dari investor dan mulai meraup keuntungan,” ujar Hendra dalam keterangan tertulis, Kamis.

Baca Juga: Daftar Harga dan Link Beli Tiket Indonesia Open 2022

Dia mencontohkan fenomena tersebut terjadi pada perusahaan startup besar yang sudah berdiri puluhan tahun di Indonesia tapi masih menanggung utang puluhan triliun untuk biaya operasi, ditambah terus-menerus disuntik modal oleh para investor.

“Bagi saya praktik seperti ini tidak masuk akal dan tidak sustainable. Kalau tiba-tiba investor startup kehabisan uang, apakah si startup masih bisa beroperasi atau malah kasak-kusuk mencari investor lain untuk suntikan modal?,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.

Halaman:

Editor: Ba Tanti

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X